Kegiatan tuk korban merapi

Senin, 10 Oktober 2011

bantuan modal usaha untuk orang tua anjal

alhamdulilah bantuan modal usaha untuk orang tua anak jalanan binaan kami telah terlaksana. Untuk masing2 mendapatkan bantuan berupa dana untuk usaha sebesar Rp. 1 Juta rupiah

Sabtu, 06 Agustus 2011

Acara pesantren ramdhan dan santunan ini akan kami lanjutkan untuk anak-anak Jalanan binaan kami di Jakarta. Pesantren Ramadhan dan santunan ini akan di ikuti oleh 1000 anak jalanan se-Jabodetabek. Acara kami laksanakan dari tanggal 17 - 22 Agustus 2011 bertempat di Masjid At-Tin Jakarta timur. Mungkin ada dari rekan-rekan yang mau turut membantu untuk mensukseskan acara tersebut. kami dengan senang hati akan menyalurkan bantuan dari rekan-rekan baik berupa barang maupun dana kepada anak-anak peserta sanlat yang kami adakan. Sanlat yang kami lakukan ini adalah untuk yang ke 14 kalinya.

PESANTREN RAMADHAN & SANTUNAN UNTUK ANAK-ANAK KORBAN ERUPSI MERAPI THN 2010

dalam rangka memeriahkan bulan suci ramadhan, kami mengadakan acara Pesanteren ramadhan dan santunan untuk anak-anak korban erupsi merapi tahu 2010. Acara ini di ikuti oleh 250 anak-anak, acara kami adakan selama 3 hari yaitu sejak dari tanggal 10 - 12 Agustus 2011. Bertempat di bumi wisata alam selo boyolali jawa tengah. Santunan yang akan kami berikan berupa :


1. Sarung dan mukena.
2. Paket sembako untuk lebaran.
3. Uang saku.

Untuk itu kami mohon do,a nya dari rekan-rekan semoga acara yang kami adakan ini dapat berjalan dengan baik dan sukses.

Jumat, 10 Juni 2011

Daftar harga komputer baru & sexen

Di era kemajuan teknologi yang semakin cangih. kt juga di tuntut untuk berpikiran maju agar tidak ketinggalan jaman.Nah untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli komputer,laptop/notebook baru dan bekas. Menawarkan produk komputer rakitan dengan bersaing dan dengan kwalitas yang bagus.Komputer,laptop/Notebook tersebut dapat di gunakan untuk keperluan kantor, untuk penunjang pekerjaan di atau juga untuk sarana belajar putra-putri anda di rumah, untuk warnet, dan kebutuhan lainya yang menggunakan perangkat komputer. Berikut ini daftar harga komputer, laptop/Notebook :

1.  


Selasa, 10 Mei 2011

Bantuan Peralatan sekolah untuk korban Merapi

Bencana erupsi gunung Merapi telah berlalu 6 bulan. Namun hingga saat ini ancaman bahaya sekunder gunung Merapi berupa banjir lahar dingin masih terus menghantui korban yang hingga saat ini masih tinggal di Selter. Hingga saat ini mereka belum bisa mengarap lahan pertaniannya karena tumpukan lahar dingin dampak erupsi merapi. Begitu juga tentang bagaimana nasib mereka ke depan pun hingga saat ini masih belum jelas. Apakah mereka dapat kembali mengarap lahan pertanian miliknya dan membangun rumah mereka juga belum ada kejelasan. Memang dari pihak pemerintah sudah menetapkan daerah kawasan rawan Bencana III ( KRB III). Namun untuk mencabut dan memindahkan mereka dari daerah asal mereka tempat dimana mereka di lahirkan dan di besarkan tidaklah mudah. Membutuhkan kesabaran dan pendekatan  bersifat yang kontinyu, namun jangan mengedepankan pendekatan yang bersifat refresif seperti yang biasa di lakukan oleh pemerintah untuk menghadapi masyarakat, dengan menggunakan kekuatan militer.

Karena pendekatan refresif tidak akan menyelesaikan masalah, namun akan semakin memperkeruh swasana yang saat ini masih tidak menentu. Selain itu juga, akan menambah luka, penderitaan kepada korban erupsi merapi yang saat ini harus kembali memulai kehidupan mereka dari nol lagi. Mereka sudah menderita, jangan tambah penderitaan mereka dengan penderitaan baru. Namun mereka butuh bimbingan dan uluran tangan yang bersifat membangun bukan melemahkan, agar mereka dapat segera bangkit dari musibah yang mereka alami.

Selain itu juga, perlu ada pemikiran dan solusi bagi mereka bagimana untuk kedepannya. Mengingat siklus letusan gunung merapi yang setiap 2-5 tahun sekali mengalami erupsi. karena bila hal ini kita diamkan saja tanpa ada solusi yang tepat, permasalahn yang mereka hadapi tidak akan pernah usai, dan bukan tidak mungkin di letusan merapi yang akan datang, mereka yang pada letusan kali ini selamat, akan menjadi korban berikutnya. Ibarat kata " tinggal menunggu giliran". Memanag soal hidup dan mati kita yang menentukan adalah yang maha kuasa pemilik alam semesta ini. Namun bila ada antisipasi dan pemecahan yang baik, maka jatuhnya korban jiwa sia-sia akan dapat di hindari dan di minimalisir. 

Jogja, 11 Mei 2011
Hormat Saya
Indra hastono

Rabu, 04 Mei 2011

Penebar Senyum Anak Korban Bencana

Penebar Senyum Anak Korban Bencana

Rabu, 24 Juni 2009

Tragedi telah berlalu tiga bulan. Dan Situ Gintung masih karut-marut karena janji revitalisasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum terealisasi. Tapi, senyum anak-anak korban bencana yang sempat trauma, telah kembali mengembang. Inilah kisah para relawan spesialis trauma healing bagi anak-anak di lokasi bencana.

Pengalaman adalah guru terbaik. Pameo itu ibarat pengikat para relawan untuk membantu korban bencana. Situasi tertekan membuat mereka makin solid menangani korban bencana. Tsunami yang meluluhlantakkan Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias pada 2004, misalnya. Ada sekitar 25 ribu relawan baik lokal maupun internasional yang turun saat itu.

Bukan sekadar medis ataupun logistik yang mereka kaver, tapi juga rehabilitasi psikis korban. Terutama anak-anak yang mengalami trauma. Hal serupa juga terjadi ketika gempa Bantul, Yogyakarta, pada 2006 dan tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, tiga bulan lalu. Para relawan dari beragam organisasi turun tangan memulihkan kondisi kejiwaan anak-anak korban bencana. Jumlah relawan yang turun mendekati angka ribuan orang.

Salah satu lembaga yang fokus dalam hal itu adalah Palang Merah Indonesia (PMI). Bahkan PMI memiliki Psychosocial Support Program (PSP), divisi khusus penanganan rehabilitasi korban pascabencana. Divisi itu hampir sama tua dengan divisi utama PMI, yakni divisi kesehatan.

�Sejak kami menangani tsunami di Aceh, aktivitas divisi ini semakin jelas dan terorganisasi,� ujar Leo Pattiasina, Kepala Sub Bidang PSP PMI mengenai debut memukau divisi tersebut. PSP menangani korban bencana dari berbagai kelompok umur. Setiap kelompok umur memiliki penanganan yang spesifikasi dan kegiatan berbeda-beda.

Divisi serupa juga dimiliki Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Perlindungan Anak). Hanya saja, sesuai spesialisasinya, lebih memfokuskan penanganan bagi kelompok anak. Kelompok relawan yang bergerak �underground� pun banyak terlibat. Sebut saja relawan yang tergabung dalam Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN).

Untuk kasus Situ Gintung, YNDN mendirikan posko trauma healing bagi anak-anak korban. Padahal, yayasan yang berdiri pada 17 November 1990 itu awalnya lebih memfokuskan pada kegiatan pendidikan dan keterampilan bagi anak-anak jalanan. Namun, karena tuntutan kebutuhan, divisi trauma healing itu lahir. Di lapangan, YNDN berkonsolidasi dengan personel dari Komnas Perlindungan Anak. �Kami saling mengisi dan kerja sama,� ujar Indra Hastono, Ketua Relawan Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) posko Situ Gintung, Cabang Ciputat, Tangerang.

Meski kelompok-kelompok relawan itu berbeda latar belakang, kesamaan di antara mereka adalah sikap profesional. Meski fasilitas terbatas, kerja sosial yang mereka lakukan tetap profesional.



Fasilitas Minus

Sayangnya, gerakan mereka masih terseok-seok. Soal fasilitas di Situ Gintung, misalnya, Komnas Perlindungan Anak hanya memiliki ruang penunjang aktivitas anak korban bencana. Pun, pengadaannya berasal dari sumbangan para donator.

�Sampai saat ini, kami masih menunggu tempat baru yang dijanjikan Pemerintah Kota Tangerang Selatan,� ujar Seto Mulyadi, Ketua Komnas Perlindungan Anak. Kabarnya, Juli nanti, bertepatan dengan Hari Anak Nasional, baru dibuatkan creativity center sebagai kelanjutan program rehabilitasi anak-anak tragedi Situ Gintung.

Hal serupa juga dialami relawan YNDN di Situ Gintung. Kegiatan rehabilitasi anak dilakukan di sebuah rumah kontrakan yang justu mirip barak. Biaya kontrakan itu pun mereka tanggung secara swadana, termasuk anggaran sebagian besar kegiatan lain. �Kami juga tidak tahu dapat dana dari mana untuk membayar kontrakan bulan depan,� timpal Indra.

Namun, keterbatasan anggaran dan fasilitas tidak menyurutkan kreativitas dan profesionalisme mereka. Ketika YNDN ingin menggelar outbond beberapa waktu lalu, misalnya, mereka tidak menggelar di area outbond yang kini banyak tersebar di Ibu Kota dengan harga selangit. Tapi justru memanfaatkan lingkungan Situ Gintung yang porak-poranda sebagai wahana, dan memanfaatkan benda-benda yang ditemukan sebagai perlengkapan permainan.



Tetap Rawan

Lalu, siapa dan dari mana saja personel trauma healing tersebut? Latar belakang belakangnya bisa berasal dari apa pun. Sebab, pelatihan dasar bagi relawan YNDN termasuk penanganan kejiwaan anak, tidak terkait dengan background pendidikan. �Yang penting adalah keinginan membantu,� ujar Indra.

Berbeda dengan Divisi PSP PMI. Lebih diminati bila calon relawan berlatar belakang pendidikan psikologi. Tapi juga tidak menutup lulusan SMA hingga berusia 40 tahun untuk bergabung. Relawan juga harus mengikuti pelatihan penanganan kejiwaan pascabencana. Pelatihan itu memiliki dua berjenjang, yang masing-masing berdurasi selama tujuh hari. Pelatihan digelar dalam tiga regional PMI, yakni Indonesia bagian barat, Indonesia bagian timur, dan Indonesia bagian tengah.

Para relawan itu dilatih agar piawai menangani berbagai kasus bencana, khususnya penanganan mental dan psikis korban. Seperti ketika terjadi gempa Bantul, Yogyakarta, tiga tahun silam, PMI menjadi motor program trauma healing. Hanya saja, untuk tragedi Situ Gintung, PMI tidak terjun penuh lantaran sudah banyak kelompok relawan yang turun ke lokasi. �Ada sekitar 40 organisasi saat itu,� ujar Leo.

Cepat tanggapnya berbagai kelompok relawan saat tragedi Situ Gintung memang patut diacungi jempol. Hanya saja tidak semua dari mereka bertahan dan mampu menuntaskan program. Padahal, meski bencana telah berlalu hampir tiga bulan, bukan berarti psikis anak telah kembali normal. �Justru masa-masa sepi seperti saat ini rawan bagi anak-anak yang penah trauma dapat kembali terjadi,� tegas Indra.
yst/L-4


Minggu, 01 Mei 2011

banjir lahar dingin merapi 1minggu 1 may 2011


       Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sleman Yogyakarta ( Khusunya seputaran Lereng Merapi ) sejak pukul 14.30-20.00 WIB, Minggu (1/5/2011), mengakibatkan aliran banjir lahar dingin di sepanjang Kali yang berhulu di Gunung Merapi seperti Kali Gendol, Kali kuning, kali Boyong yang mengalir di Kali Code, dan Kali Opak. Akibat banjir lahar dingin yang terjadi, sebanyak 150 keluarga di Dusun Ngerdi, Desa Sindumartani, Ngemplak, Sleman terpaksa harus di evakuasi untuk mengungsi ketempat yang aman.
      Sementara itu, di Dusun Teplok, Desa Argomulyo, Cangkringan, 6 rumah warga rusak di terjang aliran llahar dingin. Satu rumah mengalami rusak parah akibat di terjang aliran lahar dingin kali opak, rumah yang mengaami kerusakan tersebut milik bapak Sumarjo 55. Sementara 5 rumah lainya, mengalami rusak ringan. Dusun Teplok
      Dusun Teplok, Desa Argomulyo, Cangkringan, dulu juga pernah aliran banjir lahar dingin. Selain 6 rumah warga yang mengalami kerusaakan,& warga harus di ungsikan ketempat yang aman, hewan ternak milik warga pun turut di ungsikan juga.
      Sementara rellawan yang ingin mengevakuasi warga yang terjebak aliran banjir lahar, juga terjebak aliran banjir lahar dingin saat banjir lahar dingin semakin membesar. Namun skurlah rellawaan yang terjebak tersebut akhirnya bisa di evakuasi oleh rekan2 sesama rellawan.


Wasalam
indra hastono

Kamis, 28 April 2011

saat di kali apu stabelan boyolali

Dusun Stabelanbelan terletak 3 km dari puncak Gunung merapi. Stabelan Masuk dalam wilayah Boyolali Jawa Tengah. Minggu tanggal 10 April 2010, pukul 08.00 WIB, saya berangkat dari jogjakarta dengan mengunakan sepeda Motor.  

Senin, 25 April 2011

Perlahan namun pasti, korban erupsi merapi thn 2010 mulai kembali bangkit untuk menata kehidupannya yang sempat porak poranda akibat Erupsi merapi yang terjadi. Walau harus tertatih-tatih mereka berusaha untuk bangkit mengapai asa yang sempat tertunda dan porak poranda.  
Bencana alam Erupsi Merapi telah berlalu kurang lebih 6 bulan.
Penebar Senyum Anak Korban Bencana

Rabu, 24 Juni 2009

Tragedi telah berlalu tiga bulan. Dan Situ Gintung masih karut-marut karena janji revitalisasi Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum terealisasi. Tapi, senyum anak-anak korban bencana yang sempat trauma, telah kembali mengembang. Inilah kisah para relawan spesialis trauma healing bagi anak-anak di lokasi bencana.

Pengalaman adalah guru terbaik. Pameo itu ibarat pengikat para relawan untuk membantu korban bencana. Situasi tertekan membuat mereka makin solid menangani korban bencana. Tsunami yang meluluhlantakkan Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias pada 2004, misalnya. Ada sekitar 25 ribu relawan baik lokal maupun internasional yang turun saat itu.

Bukan sekadar medis ataupun logistik yang mereka kaver, tapi juga rehabilitasi psikis korban. Terutama anak-anak yang mengalami trauma. Hal serupa juga terjadi ketika gempa Bantul, Yogyakarta, pada 2006 dan tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, tiga bulan lalu. Para relawan dari beragam organisasi turun tangan memulihkan kondisi kejiwaan anak-anak korban bencana. Jumlah relawan yang turun mendekati angka ribuan orang.

Salah satu lembaga yang fokus dalam hal itu adalah Palang Merah Indonesia (PMI). Bahkan PMI memiliki Psychosocial Support Program (PSP), divisi khusus penanganan rehabilitasi korban pascabencana. Divisi itu hampir sama tua dengan divisi utama PMI, yakni divisi kesehatan.

�Sejak kami menangani tsunami di Aceh, aktivitas divisi ini semakin jelas dan terorganisasi,� ujar Leo Pattiasina, Kepala Sub Bidang PSP PMI mengenai debut memukau divisi tersebut. PSP menangani korban bencana dari berbagai kelompok umur. Setiap kelompok umur memiliki penanganan yang spesifikasi dan kegiatan berbeda-beda.

Divisi serupa juga dimiliki Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Perlindungan Anak). Hanya saja, sesuai spesialisasinya, lebih memfokuskan penanganan bagi kelompok anak. Kelompok relawan yang bergerak �underground� pun banyak terlibat. Sebut saja relawan yang tergabung dalam Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN).

Untuk kasus Situ Gintung, YNDN mendirikan posko trauma healing bagi anak-anak korban. Padahal, yayasan yang berdiri pada 17 November 1990 itu awalnya lebih memfokuskan pada kegiatan pendidikan dan keterampilan bagi anak-anak jalanan. Namun, karena tuntutan kebutuhan, divisi trauma healing itu lahir. Di lapangan, YNDN berkonsolidasi dengan personel dari Komnas Perlindungan Anak. �Kami saling mengisi dan kerja sama,� ujar Indra Hastono, Ketua Relawan Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) posko Situ Gintung, Cabang Ciputat, Tangerang.

Meski kelompok-kelompok relawan itu berbeda latar belakang, kesamaan di antara mereka adalah sikap profesional. Meski fasilitas terbatas, kerja sosial yang mereka lakukan tetap profesional.
Fasilitas Minus
Sayangnya, gerakan mereka masih terseok-seok. Soal fasilitas di Situ Gintung, misalnya, Komnas Perlindungan Anak hanya memiliki ruang penunjang aktivitas anak korban bencana. Pun, pengadaannya berasal dari sumbangan para donator.

�Sampai saat ini, kami masih menunggu tempat baru yang dijanjikan Pemerintah Kota Tangerang Selatan,� ujar Seto Mulyadi, Ketua Komnas Perlindungan Anak. Kabarnya, Juli nanti, bertepatan dengan Hari Anak Nasional, baru dibuatkan creativity center sebagai kelanjutan program rehabilitasi anak-anak tragedi Situ Gintung.

Hal serupa juga dialami relawan YNDN di Situ Gintung. Kegiatan rehabilitasi anak dilakukan di sebuah rumah kontrakan yang justu mirip barak. Biaya kontrakan itu pun mereka tanggung secara swadana, termasuk anggaran sebagian besar kegiatan lain. �Kami juga tidak tahu dapat dana dari mana untuk membayar kontrakan bulan depan,� timpal Indra.

Namun, keterbatasan anggaran dan fasilitas tidak menyurutkan kreativitas dan profesionalisme mereka. Ketika YNDN ingin menggelar outbond beberapa waktu lalu, misalnya, mereka tidak menggelar di area outbond yang kini banyak tersebar di Ibu Kota dengan harga selangit. Tapi justru memanfaatkan lingkungan Situ Gintung yang porak-poranda sebagai wahana, dan memanfaatkan benda-benda yang ditemukan sebagai perlengkapan permainan.

Tetap Rawan
Lalu, siapa dan dari mana saja personel trauma healing tersebut? Latar belakang belakangnya bisa berasal dari apa pun. Sebab, pelatihan dasar bagi relawan YNDN termasuk penanganan kejiwaan anak, tidak terkait dengan background pendidikan. �Yang penting adalah keinginan membantu,� ujar Indra.

Berbeda dengan Divisi PSP PMI. Lebih diminati bila calon relawan berlatar belakang pendidikan psikologi. Tapi juga tidak menutup lulusan SMA hingga berusia 40 tahun untuk bergabung. Relawan juga harus mengikuti pelatihan penanganan kejiwaan pascabencana. Pelatihan itu memiliki dua berjenjang, yang masing-masing berdurasi selama tujuh hari. Pelatihan digelar dalam tiga regional PMI, yakni Indonesia bagian barat, Indonesia bagian timur, dan Indonesia bagian tengah.

Para relawan itu dilatih agar piawai menangani berbagai kasus bencana, khususnya penanganan mental dan psikis korban. Seperti ketika terjadi gempa Bantul, Yogyakarta, tiga tahun silam, PMI menjadi motor program trauma healing. Hanya saja, untuk tragedi Situ Gintung, PMI tidak terjun penuh lantaran sudah banyak kelompok relawan yang turun ke lokasi. �Ada sekitar 40 organisasi saat itu,� ujar Leo.

Cepat tanggapnya berbagai kelompok relawan saat tragedi Situ Gintung memang patut diacungi jempol. Hanya saja tidak semua dari mereka bertahan dan mampu menuntaskan program. Padahal, meski bencana telah berlalu hampir tiga bulan, bukan berarti psikis anak telah kembali normal. �Justru masa-masa sepi seperti saat ini rawan bagi anak-anak yang penah trauma dapat kembali terjadi,� tegas Indra.
yst/L-4  ( Di kutip dari berita Koran Jakarta thn 2009 ) 

Kamis, 21 April 2011

Rekaman kegiatan Trauma Healing untuk anak-anak krban erupsi Merapi

Rekaman kegiatan trauma healing untuk anak-anak merapi

Kondisi pengungsi korban erupsi merapi 2010.

Akibat erupsi Merapi tanggal 26 Oktober 2010 ( pertama ). Ratusan warga terpaksa harus mengungsi untuk menyelamatkan diri dari amukan Awan panas ( wedhus gembel ) dan lahar panas. Tempat tinggal mereka berjarak 3-6 Km dari puncak merapi seperti. seperti warga desa Umbul harjo, Kepuharjo, Glagaharjo, Kecamatan cangkringan Sleman Yogyakarta. Untuk daerah Klaten Seperti, Ngipik sari, Sambung Rejo, dan daerah lainya yang masuk dalam daerah rawan bencana. Pengungsi korban erupsi merapi tanggal 26 Oktober 2010, ini di tampung di barak-barak pengungsian baik balai desa maupun tenda-tenda darurat yang di siapkan. untuk pengungsi dari desa Umbulharjo di tampung di barak pengungsian balai desa Umbulharjo  & di tenda2 darurat yang di siapkan, untuk pengungsi dari daerah Kepuharjo di tampung di barak pengungsian balai desa Kepuharjo & di tenda2 darurat yang di siapkan. Begitu juga dengan daerah lainya seperti Pengungsi dari Balerante Kalten, Muntilan, Magelang, dan Boyolali. Untuk jarak lokasi pengungsian dari puncak merapi sejauh 10 km.

Namun pada malam tanggal 01 November 2010, pukul 01.00. Para pengungsi ini terpaksa harus mengungsi lagi hingga jarak 15 km dari puncak merapi. Bertambahnya jumlah Desa dan Dusun yang terkena dampak dari erupsi merapi. Berarti bertambah juga jumlah orang yang mengungsi. Belum lagi hilang rasa lelah, letih, perasaan trauma, dan berbagai perasaan lainya yang saat itu mengelayut di benak para pengungsi. Pada tanggal 04 malam tanggal 5 November 2010, pukul 22.00, Para pengungsi ini di paksa untuk kembali mengungsi hingga jarak 30 Km dari puncak merapi. Karena saat itu merapai meletus sangat dasyat, pertama pada pukul 23. 30 dan kedua pada pukul 00.20. Kepanikan saat itu tak terbayangkanlagi, semua bercampu aduk jadi satu. Bukan hanya pengungsi yang saat itu di paksa harus mengungsi ke titik aman dari merapi yang di tetapkan oleh pemerintah. Tp kami para rellawan, anggota TNI dan POLRI, Team TAGANA dari DEPSOS, dan team SAR juga harus ikut mengungsi. Namun sepanik dan setakut apapun saat itu, kami harus bisa bersikap tenang dan dapat mengendalikan diri. Mengapa, karena bila kami panik, bagaimana para pengungsi. ribuan nyawa pengungsi saat itu harus kami selamatkan dan harus kami evakuasi ketempat yang aman. Di tambah lagi ratusan warga lainya yang sebelumnya daerah mereka termasuk daerah yang aman karena berada dalam Zona aman dari bahaya letusan merapi. Namun saat merapi meletus tuk yang ketiga kalinya, daerah mereka tanpa di sangka-sangka menjadi daerah yang juga terkena dampak dari letusan merapi berupa wan dan lahar panas yang sangat mematikan. 

Bergumul dengan maut, antara hidup & mati saat itu kami harus terus menerobos gelapnya malam di antara kepulan asap awan dan lahar panas yang mengintai, belum lagi abu Vulkanic juga menjadi ancaman karena masih panas. Kami harus berjuang menyelamatkan mereka yang masih selamat, mereka yang luka-luka, dan yang telah meninggal dunia. Perasaan takut, ngeri, dan lain sebagainya bercampu aduk jadi satu, karena bila kami salah sedikit saja saat itu, atau kami lengah, bukan tidak mungkin kami akan ikut menjadi korban. Hal ini dapat di lihat dari jumlah Rellawan, anggota TNI, team SAR, anggota TAGANA, yang menjadi korban meninggal dunia. Bahkan ada yang hingga saat ini jasadnya tidak di temukan, sejak Erupsi pertama hingga erupsi ketiga, tercatat. 9 orang rellawan meninggal dunia, 1 orang wartawan dari VIVA News. Com, yang menjadi korban. Kesembilan korban ini, 5 orang di temukan dan 4 orang lagi hingga saat ini masih belum di temukan. Sedangkan dari pihak anggota TNI dan POLRI kami tidak mendapat data yang bisa kami uraikan disini.

Pasca letusan merapi tanggal 04 November malam tanggal 05 November 2010, Para pengungsi korban erupsi merapi ini tersebar di beberapa titik pengungsian. Seperti di Stadion Maguwoharjo yang menampung pengungsi dari berbagai dusun yang ada di seputaran lereng merapi, balai desa Sariharjo di daerah Palagan yang menampung pengungsi dari kali Adem, Pondok Pesantren Alqodir yang menampung pengungsi dari Dusun Kinah Rejo, Beberapa Masjid yang ada di seputaran kabupaten Sleman, di perkampungan di seputran Stadion Maguwoharjo. Ada juga pengungsi yang  di tampung di sekolah-sekolah, di Kampus-kampus, dan berbagai tempat lainya yang tidak terditeksi oleh kami saat itu. Bahkan di dusun Jembangan Segoroyoso Plered Bantul ada 50 KK pengungsi yang di tampung di salah satu Rumah warga saat.  Banyaknya jumlah warga yang harus mengungsi ke daerah yang aman untuk menyelamatkan diri dari awan dan lahar panas merapi, serta lokasi yang berpencar. Saat itu cukup menyulitkan kami untuk mendistribusikan barang bantuan yang di sumbangkan oleh para donatur. Tapi kami tetap berusaha semaksimal mungkin agar bantuan yang kami himpun dapat di terima oleh pengungsi.

Selain itu, bertambahnya jumlah pengungsi, tidak di barengi dengan persiapan yang memadai. Baik sarana dan prasarana bagi pengungsi misalnya untuk barak-barak pengungsian sementara, alas tidur untuk pengungsi, dapur umum, sarana MCK, dll. Kondisi ini akhirnya semakin menambah penderitaan bagi pengungsi, terutama anak-anak. Belum lagi kurangnya tempat penampungan yang di siapkan, memaksa pengungsi untuk saling berhimpitan di dalam barak-barak pengungsian, apalagi saat hujan turun ( kebetulan saat itu sedang musim hujan ). Belum lagi kakunya birokrasi dari pihak posko utama yang mengurusi pendistribusian bantuan untuk pengungsi, juga turut andil untuk menambah penderitaan bagi pengungsi. Sikap hati-hati agar bantuan tepat sasaran memang harus kita jaga, namun jangan terlalu kaku. Kita juga dapat membedakan mana yang pengungsi dan orang yang pura-pura jadi pengungsi. Padahal saat itu, untuk masing-masing pengungsi sudah di kelompokkan dalam kelompok RT, dan masing-masing kelopok sudah ada koordinatornya. Sementara untuk pengungsi masing-masing sudah memiliki ko card yang di gunakaj sebagai tanda bahwa mereka adalah pengungsi, Tp mengapa birokrasi masih kaku saja. Bahkan untuk pelayanan pengungsi ada batas waktunya yaitu pukul 21.00. dan posko baru di buka lagi besok harinya pukul 08.00.

hal ini lah yang akhirnya memaksa kami untuk membuka posko sendiri di luar stadion dan bantuan yang berhasil kami himpun dari para donatur yang di koordinir oleh jaringan kami baik di Jakarta, Jogjakarta dan sekitarnya, dan Bali, kami tampung di posko kami yang kami bentuk. Pelayanan yang kami berikan untuk pengungsi kami buka 24 jam karena kami seklalu menyiagakan rellawan kami di posko secara bergantian. Untuk pengungsi sendiri dalam mengakses bantuan tanpa harus menunjukan tanda pengeanl apapun kepada Rellawan kami. Karena kami sudah mengenali pengungsi, karena kami setiap harinya selalu mengunjungi pengungsi di barak-barak pengungsian. Bahkan untuk pengungsi yang berada di luar stadion Maguwoharjo, untuk bantuan yang mereka butuhkan seringkali kami kirimkan ke tempat mereka setelah salah satu atau koordinator mereka datang ke posko kami dan mengajukan bantuan yang di butuhkan. 

Rabu, 20 April 2011

KATA HATI

Ayah.... ibu....
Jangan pernah kau tanyakan kapan anakmu akan kembali kerumah
Ketika.... kaki telah ku langkahkan keluar dari rumah
Mungkin.... anakmu kembali tinggal nama
Mungkin yang kembali hanya jasadku yang terbujur kaku
Mungkin yang kembali hanya bajuku dan bendera merah putih yang kujadikan sebagai panji tuk perjuanganku

Atau mungkin........
tidak ada kabar berita sama sekali tentang......
Dimana jasadku
di mana nisanku

Yang ku inginkan hanya doa restu darimu
Yang selalu menyertai dalam setiap tetes darahku
Dalam setiap denyut nandi dan desah nafasku.
Dalam setiap derap langkah perjuanganku

tuk membebaskan rakyat negri ini dari segala bentuk penindasan
kesewenang-wenangan, penindasan, kebodohan, dan ketidak adilan dari sang tirani.
tuk menegakan hukum di negri ini.

TTD
Ananda Hendra

Senin, 18 April 2011

asap hitam dan sulfatara merapi

1.     Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta terus memantau perkembangan kubah lava Gunung Merapi. Kubah lava baru yang muncul sejak 28 April 2006 lalu hingga kini terus berkembang. Kubah lava baru itu muncul di sebelah selatan Gegerboyo dan sebelah timur kubah lava 1997. Selama lima hari terakhir ini, kubah tersebut terus membesar. Diperkirakan volumenya sudah mencapai lebih dari 300-an ribu metrik. "Kubah lava baru itu terus berkembang dan kubah tersebut kemungkinan juga dapat runtuh karena masih labil. Bila runtuh dimungkinkan kubah-kubah yang lain juga akan ikut runtuh," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta, Subandriyo, di kantor Jl. Cendana, Yogyakarta, Rabu (3/5/2006). Oleh karena kubah baru itu terus berkembang, kata dia, semua petugas di pos pengamatan seperti di Kaliurang selalu memantau perkembangan setiap waktu. Bahkan, dilihat secara visual tanpa alat, kubah baru itu tampak dari wilayah Sleman seperti dari Kaliurang, Turgo maupun Kaliadem Kepuharjo Cangkringan. "Bila runtuh, itu yang dikhawatirkan. Jika materialnya banyak, maka luncuran guguran material bisa sampai jauh," kata dia. Subandriyo mengatakan, berdasarkan pengamatan pada hari Rabu (3/5/2006) mulai pukul 00.00-06.00 WIB terjadi gempa multifase (MP) sebanyak 44 kali. Sedang pada hari Selasa (2/5/2006) mulai pukul 00.00-24.00 WIB, terjadi gempa MP sebanyak 156 kali. "Namun gempa-gempa lain tidak tercatat. Sedang tinggi asap sulfatar 750 meter terpantau dari Pos Ngepos Srumbung pukul 05.08 WIB," katanya. Sementara itu secara terpisah, staf ahli geologi BPPTK, Dewi Sri Sayudi menambahkan sebenarnya magma sudah mencapai permukaan puncak dan kemudian membentuk kubah lava baru. Berdasarkan hasil penelitian, biasanya gundukan material itu berada di bibir puncak, tapi saat ini justru berada agak di tengah. "Karena berada di tengah itu, runtuhan atau guguran meterial belum mencapai lereng. Ini merupakan fenomena baru Merapi saat ini," kata Dewi.

Dampak banjir lahar dingin.

Bahaya sekunder dari erupsi merapi 2011 berupa lahar dingin menjadi ancaman baru bagi warga masyarakat yang tinggal di seputaran lereng merapi dan sepanjang bantaran sungai yg berhulu di merapi. Hal ini lah yang akhirnya membuat pemerintah propinsi DI Yogyakarta dan Jawa bekerjasama dengan BNPB ( badan penanggulangan Bencana ) membuat peta baru daerah rawan bencana. Tujuan dari pemetaan daerah rawan bencana ini adalah untuk meminilimalisir jatuhnya korban jiwa. Mengapa karena dampak dari banjir lahar dingin yang terjadi beberapa waktu lalu, tidak hanya menelen korban meninggal dunia, rumah dan harta benda milik warga yang turut hancur di terjang aliran banjir lahar dingin. Hewan ternak milik warga yang mati karena di hantam oleh banjir lahar dingin, lahan pertanian milik warga yang juga rusak tertimbun matrial lahar dingin, jembatan penghubung baik antar kota dan dusun yang terputus, dan jalan raya Jogja-Magelang pun sempat terputus oleh timbunan matrial lahar dingin yang terdiri dari batu baik dalam ukuran besar, kecil maupun sedang, pasir, sampah, dan pepohonan yang terbawa oleh aliran.  Berikut ini dokumentasi damapak dari banjir lahar dingin yang terjadi.



Memantau aliran lahar dingin di X Gendol, Opak, dan Code

bahaya sekunder yg di timbulkan pasca erupsi merapi 2010 yg lalu berupa lahar dingin menjadi ancaman baru bagi warga yang tinggal di seputaran lereng merapi. terutama yang berada di sepanjang banataran sungai yang di lalui oleh lahar dingin. Akibat yang di timbulkan oleh banjir lahar dingin yg terjadi beberapa waktu lalu tidak hanya mengakibatkan jatuhnya korban jiwa meninggal dunia, harta benda milik warga yang hancur di terjang luapan lahar dingin, rumah warga yg porak poranda dan memaksa peniliknya untuk mengungsi, jalan raya Jogja-Magelang sempat terputus, jembatan penghubung antar dusun terputus karena aliran lahar dingin, badan jalan yang rusak, ternak milik warga dan lahan pertanian wargapun tak luput dari amukan banjir lahar dingin. berikut ini dokumentasi banjir lahar dingin yang terjadi.

Kamis, 24 Maret 2011

Dampak banjir lahar dingin yg terjadi

Erupsi merapi saat mereda, namun bahaya sekunder berupa banjir lahar dingin masih mengancan buat warga masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai yang berhulu di merapi. Bukan hanya itu saja, buat warga yang sebelumnya aman dari anacaman bahaya lahar dingin kini pun turut terkena dampak dari banjir lahar dingin. di beberapa lokasi seperti dusun telogo lele Pabelan saat ini terisolir karena jembatan penghubung satusatunya ke desa tersebut terputus terkena dampak dari lahar dingin yg meluap, bukan hanya tidak bisa di lewati oleh kendaraan Roda 4, roda 2, tapi untuk berjalan kaki pun tidak bisa. Warga harus berjuang untuk mencapai dusun di sebrang.

Akibatnya saat ini warga mengalami kesulitan untuk memasarkan hasil pertanian mereka, buat anak-anak sekolah pun mengalami kesulitan untuk menuju sekolah mereka. Mungkin ada yg mau membantu mereka untuk mewujudkan jembatan darurat yg mereka rencanakan, agar mereka tidak terisolir lagi. yg di takutkan apabila ada banjir lahar dingin yang lebih besar, kemana mereka harus lari untuk menyelamatkan diri.